Kamis, 01 Desember 2011


Abstrak
Bentuk molekul merupakan salah satu materi yang pelajaran kimia pada kelas XI SMA semester ganjil. Materi tersebut bersifat abstrak sehingga sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu guru perlu mencari suatu media yang dapat merubah hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit/nyata sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Untuk menyajikan materi tersebut maka dipilihlah suatu model pembelajaran secara Cooperative learning yang berwawasan konstruktivisme. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa kelas XI dan menciptakan pembelajaran yang lebih menarik. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi bentuk molekulserta dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Selain itu juga dapat meningkatkan kreativitas guru dalam memilih media dan model pembelajaran yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Lokasi penelitian dilakukan di SMA  Methodist 8 Medan yang berjumlah 40 orang siswa. Pada siklus pertama terdapat hambatan dalam kegiatan siswa dalam merangkai balon, namun pada siklus kedua siswa tampak lebih rileks dan terampil. Hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus pertama adalah 69 % dan siklus kedua 91%.
Penggunaan balon sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan  pemahaman siswa tentang konsep bentuk molekul pada mata pelajaran kimia kelas XI IA3 di SMA  Methodist 8 Medan
Kata Kunci : Pemahaman siswa, bentuk molekul, dan media balon

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagian besar aspek yang dibahas dalam ilmu kimia adalah konsep teoritis dan bersifat abstrak atau invisible serta informatif. Salah satu contoh aspek kimia tersebut terdapat dalam pengembangan silabus mata pelajaran kimia kelas XI IPA semester ganjil yang meliputi :
a.         Standar Kompetensi : Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat – sifat senyawa.
b.        Kompetensi Dasar : Menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul.
c.         Indikator :
·       Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan elektron
·       Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi
Konsep bentuk molekul harus dipelajari siswa untuk dapat memahami tentang gaya antar molekul yang mempengaruhi sifat fisik suatu molekul. Dari hasil pengamatan, konsep ini agak sulit dipahami siswa karena bersifat abstrak. Untuk dapat menanamkan konsep ini dibutuhkan model pembelajaran yang bersifat lebih nyata/konkrit.  Selama ini alat peraga yang ada di sekolah hanya bisa digunakan untuk molekul-molekul tertentu, sehingga sulit bagi siswa untuk memahami ataupun meramalkan bentuk-bentuk molekul. Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat menggambarkan bentuk molekul secara keseluruhan. Dengan menggunakan media balon diharapkan guru dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman tentang konsep bentuk molekul pada mata pelajaran kimia kelas XI di SMA  Methodist 8 Medan. Oleh karena itu ingin diketahui bagaimanakah pengaruh penggunaan balon sebagai media pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang bentuk molekul di SMA  Methodist 8 Medan.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu : Apakah dengan menggunakan balon sebagai media pembelajaran  pada materi bentuk molekul dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat?
Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dalam pembelajaran kimia pada konsep bentuk molekul harus menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga dipilih karena pada dasarnya siswa kesulitan membayangkan dan mengapresiasikan suatu bentuk molekul yang bersifat abstrak menjadi lebih nyata. Kesulitan siswa semakin tinggi ketika mereka harus menghubungkan rumus-rumus penentuan bentuk suatu molekul kemudian menggambarkannya.
Dengan penggunaan alat peraga berupa balon diharapkan dapat membantu siswa memahami istilah-istilah bentuk suatu molekul, seperti linier, trigonal piramida, trigonal planar, tetrahedral, angular, trigonal bipiramida, tetrahedral terdistorsi, bentuk T, dan lain-lain.  Metoda pembelajaran yang digunakan adalah metoda ceramah atau diskusi informasi, sedangkan media pembelajaran menggunakan alat peraga balon. Langkah-langkah pembelajaran meliputi sebagai berikut:
  1. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Siklus pertama menjelaskan teori domain elektron. Siklus kedua menjelaskan teori hibridisasi. Pada akhir setiap siklus dilakukan evaluasi.
  2. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara berkelompok, setiap kelompok terdiri atas 4 orang. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya.
  3. Pada tahap evaluasi, siswa mengerjakan soal tes akhir yang berfungsi untuk mengukur sejauh mana siswa memahami konsep yang diberikan.
Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA  SMA  Methodist 8 Medan Tahun Pelajaran 2011/2012 tentang konsep bentuk molekul sehingga meningkat pula hasil belajarnya.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan  pemahaman terhadap konsep teoritis yang bersifat abstrak dan informatif melalui alat peraga. Disamping itu guru memiliki tambahan variasi alat peraga sederhana dalam pembelajaran kimia dan dapat menambah kreativitasnya dalam pembuatan alat peraga.
.
KERANGKA TEORI
Penggunaan alat peraga sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembelajaran. S. Nasution mengatakan bahwa maksud dan tujuan peragaan adalah memberikan variasi dalam cara guru mengajar dan memberikan lebih banyak realita dalam mengajar, sehingga pengertian lebih berwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran. Sedangkan fungsi alat-alat peraga sebagai sarana pembelajaran agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan kaitannya dengan interaksi guru dan siswa, alat peraga sebagai sarana pembelajaran mempunyai kegunaan untuk:
1.        Menambah kegiatan belajar siswa. Banyaknya sarana belajar yang tersedia di sekolah, akan memungkinkan guru untuk mengembangkan variasi dalam proses pembelajaran atau dalam interaksi antara guru dan siswa atau interaksi antar siswa
2.        Membangkitkan minat siswa untuk melakukan aktivitas. Dengan bangkitnya minat siswa maka akan banyak pertanyaan yang diajukan oleh siswa kepada gurunya.
3.        Membuat suasana interaksi guru dengan siswa atau antar siswa berada dalam suasana yang menyenangkan.
Apabila sarana belajar diberikan dalam bentuk kelompok maka interaksi antar murid lebih bersifat erat, mengingat hal yang dibicarakan akan lebih tertuju antara lain cara melakukan percobaan atau kegiatan, cara menafsirkan data yang terkumpul dan sebagainya.  Fungsi alat peraga dalam penelitian ini adalah untuk menunjukan pada siswa model bentuk suatu molekul secara 3 dimensi sehingga siswa lebih paham bentuk suatu molekul tersebut. Prinsip kerja balon sebagai alat bantu pemahaman bentuk suatu molekul adalah bulatan-bulatan balon yang berwarna-warni bertindak sebagai atom, sedangkan karet pengikat yang dipakai sebagai penghubungnya berfungsi sebagai ikatan kimia.  Apabila balon ini diikat dengan jumlah tertentu, maka akan memberikan suatu bentuk yang khas sehingga selain dapat menjelaskan bentuk molekul rangkaian balon ini juga dapat menjelaskan teori domain elektron.
1.2 Teori Belajar
Belajar dalam pandangan teori modern merupakan proses perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan interaksi terhadap lingkungan. Jadi seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yaitu terjadinya perubahan. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut teori belajar pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
    1. Teori psikologi daya atau formal disiplin
    2. Teori psikologi assosiasi
    3. Teori psikologi organisme
Keberhasilan proses belajar mengajar tergantung pada banyak faktor, sesuai dengan bagian-bagian yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu faktor tersebut adalah metodologi / metode pembelajaran.  Metode pembelajaran yang banyak digunakan guru menurut Aminuddin Rasyad dalam bukunya Teori Belajar dan Pembelajaran (2003), yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode bermain peranan dan metode eksperimen.
Dengan banyaknya konsep-konsep yang lebih bersifat teoritis dan abstrak, maka penggunaan metode ceramah dalam proses belajar mengajar menjadi lebih penting dan sering. Tetapi untuk membuat metode ceramah menjadi lebih menarik dan membuat siswa lebih mudah memahami suatu konsep, maka modifikasi dari metode tersebut perlu dilakukan.
Banyak cara untuk memodifikasi metode ceramah, diantaranya menggabungkan metode ceramah dengan tanya jawab, menggabungkan metode ceramah dengan diskusi (diskusi informasi), juga penggunaan analogika (permisalan) dalam metode ceramah.
Modifikasi metode ceramah dengan menggunakan analogika (permisalan) dipakai ketika konsep yang diajarkan lebih bersifat abstrak, sehingga untuk mengkonkritkan atau memudahkan siswa memahami konsep abstrak tersebut digunakan permisalan (analogika). Dengan satu syarat, permisalan (analogika) yang digunakan tidak mengaburkan konsep yang sesungguhnya dari teori atau meteri yang diajarkan.

1.3 Hasil Belajar
Setiap saat dalam kehidupan manusia selalu mengalami proses belajar. Belajar dilakukan manusia baik secara formal maupun informal. Dalam proses belajar diharapkan akan diperoleh hasil belajar yang berupa tingkah laku baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Menurut Suharsimi (1993) bahwa “hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam angka atau huruf dengan kata-kata baik, sedang dan kurang”.
Menurut Nana Sudjana (1990) menyatakan bahwa “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa”. Penilaian hasil balajar oleh guru adalah untuk mengetahui sejauh mana efektifitas proses belajar, ketetapan proses pengajaran dan strategi belajar yang digunakan serta tingkat kemampuan kegiatan siswa.
Dari pendapat di atas jelas bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran, pengukuran hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran  adalah melalui evaluasi dengan menggunakan alat ukur yaitu test hasil belajar.

1.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:“ Melalui penggunaan balon dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep bentuk molekul pada mata pelajaran kimia kelas XI SMA Methodist 8 Medan Semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 “.
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Agustus sampai 30 September 2011 di SMA Methodist 8 Medan  yang terletak di Medan. Yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan. Peneliti  I (Sri Mulyani) bertugas di SMA ini sejak Januari 2011.
1.             Variabel yang Diselidiki
          Variabel-variabel yang diselidiki pada penelitian ini terdiri atas : Penggunaan balon sebagai media
pembelajaran, pemahaman siswa, dan hasil belajar siswa.
1.             Rencana Tindakan
a. Perencanaan
1.    Menetapkan lamanya pemberian siklus. Tiap siklus dilaksanakan 3 kali tatap muka pembelajaran. Konsep yang akan dipelajari adalah:
·  Teori Domain Elektron
·       Teori Hibridasi
1.    Menetapkan kelas yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas yaitu kelas XI IPA Methodist 8 Medan.
2.    Membuat media pembelajaran balon untuk bentuk molekul senyawa kovalen.
3.    Menyusun rencana pembelajaran meliputi: skenario, alokasi waktu, membuat lembar observasi, angket dan menyiapkan tes.
4.    Menyusun format observasi dengan melakukan analisis validasi  dan reliabilitas instrumen (format minat siswa, keseriusan mengamati bentuk model tiruan, manfaat media pembelajaran). Sedangkan format angket yaitu: mudah mengingat materi, mudah memahami materi, merasa senang terhadap kimia serta merasa aktif dalam pembelajaran dengan option: selalu, kadang-kadang atau tidak. Penilaian persiapan rencana pembelajaran dan penilaian pelaksanaan pembelajaran
5.    Menetapkan jenis data dan cara pengumpulannya baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
b.    Implementasi Tindakan
Siklus I
1.        Guru menyajikan materi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya.
2.        Materinya adalah Teori Domain Elektorn
3.        Melakukan kegiatan inti dalam pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran balon sebagai bentuk molekul.
4.        Melaksanakan observasi oleh  semua tim peneliti termasuk pelaku tindakan untuk memperoleh data meliputi: minat siswa, keseriusan dalam mengamati bentuk molekul, kegiatan di kelas, suasana kelas, manfaat dari penggunaan media pembelajaran dan nilai ulangan harian. Kemudian siswa mengisi angket yang telah disiapkan.
5.        Melakukan refleksi oleh semua tim peneliti setelah melakukan proses belajar mengajar berdasarkan analisis data untuk dijadikan bahan perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Siklus II
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
1.        Melakukan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran.
2.        Sebelum akhir pembelajaran, tiap kelompok diberi tugas untuk dapat membuat model molekul berdasarkan teori hibridisasi dan mempresentasikannya di depan kelas.
3.        Setelah proses pembelajaran berakhir dilakukan tes secara individu.
4.        Pelaksanaan observasi dilakukan oleh kolaborator untuk memperoleh data/ temuan pada siklus II.
5.        Pelaksanaan refleksi dilakukan secara kolaboratif.
a.    Observasi dan Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas tindakan kelas ini dilakukan, maka diperlukan alat-alat pemantauan evaluasi yang terinci sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan. Data diperoleh melalui lembar observasi, angket dan tes. Untuk mengumpulkan data di atas, selain menggunakan instrumen digunakan pula buku-buku catatan siswa/ kolaborator sebagai umpan balik.
b.    Analisis dan Refleksi
Setelah dilakukan penelitian diperoleh sejumlah data yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik prosentase dan hasilnya dijadikan sebagai bahan penyusun perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Pedoman keberhasilan diukur melalui beberapa pertanyaan yaitu apakah rencana pembelajaran yang telah disusun berjalan seperti yang diharapkan? Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa tentang bentuk molekul? Perubahan apa yang terjadi pada guru dan siswa setelah proses pembelajaran?

Data dan Cara Pengumpulannya
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Methodist 8 Medan yang berasal dari nilai evaluasi siswa berupa nilai hasil belajar dalam bentuk angka dan situasi belajar mengajar menggunakan lembar observasi oleh guru (kolaborator) dan angket untuk siswa. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan hasilnya dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung angka persentase rata-rata dengan cara membagi frekuensi skor yang dicari dengan jumlah skor frekuensi seluruhnya, yang dikalikan 100%. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 50) yaitu :
P = x 100%
Dimana :
P = angka persentase
F = frekuensi skor yang dicari
N = Jumlah skor frekuensi seluruhnya
Indikator Kinerja
Kondisi akhir yang diharapkan setelah penelitian ini :
·       Lebih dari 75% siswa  mencapai ketuntasan belajar pada konsep bentuk molekul (sub materi pokok Teori Domain Elektron) didasarkan pada nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dengan nilai 73.
·       Lebih dari 75% siswa berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
·       Lebih dari 75% siswa terampil dalam membuat model molekul dari balon.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua kali siklus dan setiap siklus meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (perbaikan). Pada siklus pertama siswa masih kurang terampil dalam meniup dan merangkai balon. Namun pada siklus kedua tidak terdapat hambatan yang berarti dan siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Setelah melakukan dan menyelesaikan tindakan selama dua siklus didapatkan pencapaian hasil belajar sebagai berikut :
Tabel 1. Perkembangan Ketuntasan Belajar
Siklus
Jumlah
Prosentase (%)
Siswa tuntas
Siswa tidak tuntas
Siswa tuntas
Siswa tidak tuntas
Pertama
15
7
69
31
Kedua
20
2
91
9
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian
Dari hasil penilaian tes tulis diperoleh gambaran peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang berkembang dengan baik. Pada tabel 1 terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar dari siklus 1 sampai siklus 2, dan rata-rata ketuntasan belajar siswa juga meningkat sebesar 22%. Hasil angket tentang sikap siswa mengenai pendekatan pembelajaran melalui penggunaan media balon, jika dikaitkan dengan ketuntasan belajarnya dapat dilihat pada tabel berikut  :  
Tabel 2. Sikap dan ketuntasan belajar siswa pada siklus I
Sikap/Tingkah Laku siswa jika PBM
menggunakan media balon
Option/jumlah
Nilai
selalu
Kadang-kadang
Tidak
≤73
≥73
Mudah mengingat materi
4
14
4
7
15
Mudah memahami materi
6
14
2
7
15
Merasa senang terhadap kimia
6
14
2
7
15
Merasa aktif dalam pembelajaran
3
14
5
7
15


Tabel 3. Sikap dan ketuntasan belajar siswa pada siklus 2
Sikap/Tingkah Laku siswa jika PBM menggunakan
media balon
Option/jumlah
Nilai
selalu
Kadang-kadang
Tidak
≤73
≥73
Mudah mengingat materi
15
7
-
2
20
Mudah memahami materi
18
4
-
2
20
Merasa senang terhadap kimia
18
4
-
2
20
Merasa aktif dalam pembelajaran
17
5
-
2
20

Sikap siswa pada pembelajaran bentuk molekul dengan menggunakan media balon sangat membantu siswa dalam menemukan bentuk molekul pada tiap siklus. Pada siklus I guru memberikan materi sesuai dengan rencana program pengajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap pendahuluan/apersepsi guru menjelaskan konsep tentang bentuk molekul, teori domain elektron dan hubungan antara bentuk molekul dan teori domain elektron.
Selanjutnya siswa diberikan LKS tentang teori domain elektron dan bentuk molekul. Setelah siswa mampu menghitung jumlah domain elektron, siswa diberi kesempatan untuk menghubungkan konsep teori domain elektron dengan bentuk molekul melalui media balon.  Pada awal siklus 1 siswa masih kurang terampil dan kurang serius dalam merangkai balon. Namun pada akhir siklus I siswa telah terampil merangkai balon untuk mencari bentuk molekul tanpa perlu bimbingan guru lagi.
Dari hasil ulangan harian pada siklus I menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya sebesar 69%. Hasil tersebut belum sesuai dengan target yang diharapkan. Dari hasil angket pada siklus I terlihat bahwa pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media balon dapat menumbuhkan rasa dan sikap mudah mengingat materi, mamahami materi dan merasa senang terhadap kimia serta merasa lebih aktif dalam PMB kimia bagi sebagian besar siswa.  Pada siklus kedua guru menjelaskan konsep hibridisasi dan hubungannya dengan bentuk molekul. Selanjutnya siswa diberi soal latihan untuk menentukan jenis hibridisasi suatu molekul. Kemudian menghubungkan konsep hibridisasi dengan bentuk molekul. Pada siklus ini tanpa dibimbing oleh guru, siswa mampu menggunakan balon untuk mencari bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi.
Dari hasil ulangan harian pada siklus II menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya sebesar 91%. Hasil tersebut sesuai dengan target yang diharapkan. Dari hasil angket pada siklus II terlihat bahwa lebih banyak siswa yang mudah mengingat materi, memahami materi dan merasa senang terhadap kimia serta merasa lebih aktif dalam PMB kimia.

PENUTUP
1.    Simpulan
a.    Penggunaan balon sebagai media pembelajaran pada konsep bentuk molekul dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA Methodist 8 Medan dengan persentase ketuntasan sebesar 91%.
b.    Penggunaan balon sebagai media pembelajaran pada konsep bentuk molekul dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa, membuat proses pembelajaran lebih menarik dan siswa menjadi lebih mudah mengingat materi.
2.    Saran
Dalam menggunakan media pembelajaran dikelas sebaiknya guru menggunakan media yang benar-benar relevan dan telah dikenal siswa.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada kepala sekolah SMA dan Wakil kepala sekolah SMA Methodist 8 Medan yang telah turut membantu terlaksananya penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suhaisimi (1995), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar (2005), Media Pembelajaran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Dimyati (2006), Belajar dan Pembalajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional (2007), Pedoman Blockgrant Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2006) Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA mata pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.

Purba, Micheal (2007), Kimia Untuk SMA Kelas XI, Jakarta: Erlangga.

Rooijakkers, (1991) Mengajar Dengan Sukses. Jakarta : Gramedia

Rusmiati, (2007), Kimia SMA dan MA Kelas XI. Bandung : Titian Ilmu

Sardiman (2006), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

S.Nasution, (1986), Asas-asas Kurikulum. Bandung : Jemmars

Sudjana, Nana (1990), Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta.

Tim Redaksi, (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, (2009), Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Indeks

Strategi Pengelolaan Laboratorium Sains

Pendahuluan
            Laboratorium adalah suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, kebun misalnya. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan tertutup dimana percobaan atau penyelidikan dilakukan.
            Suatu sekolah yang mengajarkan Ilmu pengetahuan Alam hendaknya mempunyai laboratorium. Karena dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar mendengarkan  keterangan guru dari pelajaran yang diberikan, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya. Karena sifat kegiatan dari pelajaran IPA ini, diperlukan ruangan khusus, ialah laboratorium. Dengan laboratorium diharapkan  pengajaran IPA dapat dilaksanakan menurut yang seharusnya.
            Dalam kerja dilaboratorium tentu saja kita punya target atau tujuan, namun hendaknya untuk mencapai target tersebut keselamatan tidak kita abaikan. Dalam bekerja hendaknya ada strategi untuk menghindari kecelakaan. Dalam bekerja juga hendaknya kita punya motto : Hasil didapat, diri selamat atau jangan mengorbankan diri demi target. Beberapa contoh kebakaran laboratorium di Universitas terkemuka negeri ini adalah ITB (1973), UGM (1995) dan USU (2006). Semua peralatan, bahan kimia, dan dokumen yang dimiliki yang telah dikumpulkan sekian tahun musnah terbakar. Tragedy ini kita harapkan tidak akan terulang lagi sehingga strategi pengelolaan laboratorium agar menjadi laboratorium yang terhindar dari kecelakaan mutlak harus diimplementasikan.
            Di bidang penelitian harus diakui masih jauh tertinggal dibanding dengan Negara di dunia bahkan dengan Negara Asean saja kita sangat jauh tertinggal. Berdasarkan survey PBB tahun 2000 terhadap mutu perguruan Tinggi dunia, maka dari seratus urutan Perguruan Tinggi Asia, tidak satupun tercantum Perguruan Tinggi Indonesia. Mungkin di berbagai Perguran Tinggi banyak laboratorium yang tidak pernah terjadi kecelakaan, tetapi mungkin juga tidak terjadi kecelakaan karena laboratorium tersebut jarang atau tidak pernah digunakan. Hal yang diinginkan adalah dinamika laboratorium tinggi namun tidak terjadi kecelakaan (zero accident). Maka untuk mencapai hal tersebut sekali lagi implementasi strategi pengelolaan laboratorium yang baik adalah kata kuncinya.
Jadi untuk mengoptimalkan pengelolaan ruangan laboratorium diperlukan strategi yang bagus dan terkoordinir. Yang dimaksud dengan optimasi ruangan adalah suatu usaha untuk mengoptimasikan pemakaian ruangan sehingga laboratorium tersebut secara optirnal memberikan faedah dan penunjang pencapaian tujuan ruangan. Berbagai ruangan / laboratorium yang befungsi sebagai tempat pelatihan siswa dan bertujuan untuk memberikan keterampilan sains pada siswa, tentu saja laboratorium yang optimum penggunaannya akan memberikan faedah yang sebesar-besarnya kepada siswa yaitu memberikan ketrampilan sains yang handal.
Isi
           
Untuk mengelola laboratorium dengan baik, diperlukan strategi untuk mengelolanya. Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Henri Fayol (1996: 86) menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993:31) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan,pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian bimbingan, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran.
Dalam mengelola laboratorium dengan baik, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan Perangkat Laboratorium
2. Pengelolaan Kegiatan Lab/Praktikum
3. Pengelolaan Limbah Laboratorium
4. Pengelolaan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Pengelolaan Laboratorium berkaitan dengan manajemen dalam pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.           Untuk mengelola laboratorium, diperlukan laboran. Laboran sangat diperlukan agar laboratorium dapat berfungsi dengan sebaik baiknya. Laboran adalah petugas laboratorium yang membantu guru agar kegiatan di laboratorium dapat optimal. Jika ada lebih dari satu laboratorium, setiap laboratorium sekurang kurangnya memerlukan seorang laboran dan mungkin juga seorang teknisi laboratorium sebagai koordinator laboran. Jika seorang laboran sekaligus sebagai teknisi laboratorium, maka dia harus memiliki kemampuan dan ketrampilan membantu guru di laboratorium, termasuk mereparasi alat laboratorium sampai tingkat kesukaran tertentu. Dia harus memahami azas kerja berbagai jenis alat sehingga dapat melakukan perbaikan perbaikan terbatas terhadap beberapa jenis alat.
Seorang laboran IPA harus mengenal berbagai zat kimia yang ada di sekolah, mampu dan trampil membuat larutan yang diperlukan. Dia juga berpengalaman dalam melakukan sejumlah percobaan dalam biologi, fisika, dan kimia.
1.        Pengelolaan Perangkat Laboratorium
Pengadministrasian laboratorium yang dimaksudkan adalah suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis. Sistempengadministrasian yang baik merupakan kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai aspek pengelolaan laboratorium. Misalnya dalam merencanakan pengadaan alat dan bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan budget, memperlancar pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan yang objektif, maupun dalam mengawasi dan melindungi kekayaan laboratorium. Mengingat laboratorium merupakan investasi sektor pendidikan yang relatif mahal, sudah sewajarnya sistem pengadministrasiannya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab.
Laboratorium sains di persekolahan, tentu akan memiliki kelengkapan yang berbeda apabila dibandingkan dengan laboratorium di industri ataupun lembaga penelitian. Perbedaan tersebut sangat rasional karena ketiga lembaga tersebut mempunyai misi yang berbeda. Namun apabila ditinjau dari sudut pengadministrasian ketiganya memiliki komponen yang mirip yaitu adanya :
· Bangunan/Ruangan laboratorium
· Fasilitas umum laboratorium
· Peralatan dan bahan
· Ketenagaan laboratorium
· Kegiatan laboratorium
Tugas pengelola laboratorium dalam pengadministrasian adalah merekam/menginventarisir komponen-komponen laboratorium tersebut. Adapun alat/instrumen yang digunakan untuk merekam komponen laboratorium tersebut dalam modul ini dinamakan format administrasi laboratorium.
2.        Pengelolaan Kegiatan/Praktikum Laboratorium
Kinerja suatu lembaga biasanya ditentukan oleh frekuensi dan kualitas kegiatan yang dilakukannya. Kinerja lembaga yang baik tentu sangat ditentukan oleh seberapa jauh personel yang ada di dalamnya memfungsikan semaksimal mungkin prasarana dan sarana yang ada. Prestasi personel dan lembaga tersebut dapat dikenal oleh banyak orang manakala lembaga tersebut mempublikasikan keadaan lembaganya melalui media informasi. Publikasi tersebut tidak lain merupakan pertanggung jawaban (akuntabilitas) lembaga itu tehadap publik. Implikasi dari publikasi yang disajikan, tentunya menuntut adanya data yang tepat sesuai keadaan nyata. Data kegiatan nyata dapat diungkapkan, manakala kegiatan yang dilakukan terekam/teradministrasi dengan baik.
Oleh karena itu pengadministrasian kegiatan lembaga khususnya kegiatan laboratorium merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan lembaga/laboratorium. Di suatu lembaga mungkin saja hanya memiliki satu laboratorium mungkin juga lebih. Misalnya dalam sistem persekolahan mungkin terdapat lab kimia, fisika, dan biologi; pada lembaga lain untuk bidang kimia sendiri tersedia berbagai macam lab seperti lab kimia dasar, lab kimia anorganik, lab kimia analitik, lab kimia fisika, lab kimia instrumen, lab kimia oganik, lab biokimia dll. Dengan tidak memandang banyak dan sedikitnya jumlah lab yang ada disuatu lembaga, maka pengadminstrasian kegiatan lab merupakan qonditio sin quanon karena diperlukan untuk kepentingan, kemajuan dan keberlanjutan lembaga itu.

3.        Pengelolaan Limbah Laboratorium
Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) didefinisikan sebagai benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan. Adanya bahan kimia di universitas di mulai dari pemberian bahan yang diperlukan dari gudang bahan kimia kepada pekerja atau mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek di laboratorium. Bahan tersebut digunakan untuk sintesis maupun analisis. Karena tujuan penggunaannya maka terbentuk bahan awal, produk samping, pelarut yang digunakan dan bahan kimia yang terkontaminasi, dimana bahan ini harus diurai atau dibuang jika daur ulangnya tidak mungkin dilakukan. Berlawanan dengan limbah industri, limbah kimia dari laboraotrium di universitas yang terbentuk biasanya dalam jumlah kecil dari campuran yang sangat kompleks. Intinya, hal ini menyatakan jumlah limbah yang berarti, yang harus dibuang dari universitas dengan menggunakan dananya sendiri.
Untuk membuang limbah laboratorium, yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda pula, cara yang sesuai bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang digunakan. Tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat dibuang dalam bentuk aslinya dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan proses yang sesuai, limbah tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan tersebut dihasilkan. Keuntungan dari penghilangan sifat racun juga mengurangi
resiko kontaminasi pada pekerja yang tidak berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap kontaminasi lingkungan.

4.        Pengelolaan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Selama abad yang lalu, kimia telah membuat kita semakin memahami dunia fisik dan biologis serta kemampuan kita untuk memanipulasinya. Pekerjaan yang dilakukan di laboratorium kimia di seluruh penjuru dunia terus memungkinkan kemajuan penting di dunia sains dan teknik. Laboratorium kimia menjadi pusat pemerolehan pengetahuan dan pengembangan materi baru untuk digunakan di masa depan, serta pusat pemantauan dan pengendalian bahan kimia yang saat ini digunakan secara rutin dalam ribuan proses komersial. Sebagian besar bahan kimia yang saat ini dihasilkan dan digunakan adalah bahan yang bermanfaat, tetapi sebagian juga berpotensi merusak kesehatan manusia, lingkungan, dan sikap masyarakat terhadap perusahaan kimia. Lembaga harus menyadari potensi penyalahgunaan secara tidak sengaja dan sengaja seperti terorisme atau perdagangan obat-obatan ilegal. Laboratorium menghadapi sejumlah ancaman, termasuk pencurian informasi sensitif, peralatan bernilai tinggi, dan bahan kimia dengan “penggunaanganda” yang mungkin digunakan sebagai senjata. Penyelamatan dan pengamanan bahan kimia bisa mengurangi risiko-risiko ini. Budaya baru yang berisi kesadaran keselamatan dan keamanan, akuntabilitas, penataan, dan pendidikan telah berkembang di seluruh dunia di laboratorium milik industri kimia, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Laboratorium telah mengembangkan prosedur dan peralatan khusus untuk menangani dan mengelola bahan kimia secara selamat dan aman. Pengembangan “budaya keselamatan dan keamanan” menghasilkan laboratorium yang aman dan sehat bagi lingkungan tempat kita mengajar, belajar, dan bekerja.

KESIMPULAN
Laboratorium berasal dari kata Latin yang berarti ”tempat bekerja.” Karena kemajuan sains dan teknologi demikian pesatnya, maka dirasa perlu adanya ruang tempat siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan sains. Ruang laboratorium dapat terbuka dan dapat pula tertutup. Ruang laboratorium terbuka adalah tempat-tempat di lingkungan terbuka yang dapat digunakan untuk kegiatan sains, sebagai contoh lapangan, halaman sekolah, kebun, dan sawah. Sedang ruang tertutup mengacu pada ruang tertentu yang difasilitasi untuk kegiatan sains.
            Laboratorium sebagai sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah melalui kegiatan praktik. Untuk memahami ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, siswa yang taraf berpikirnya masih konkrit dapat belajar lebih baik melalui hal-hal yang konkrit (nyata). Oleh karena itu, perhatian terhadap ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif sangat diperlukan. Laboran sangat diperlukan agar laboratorium dapat berfungsi dengan sebaik baiknya. Laboran adalah petugas laboratorium yang membantu guru agar kegiatan di laboratorium dapat optimal. Jika ada lebih dari satu laboratorium, setiap laboratorium sekurang kurangnya memerlukan seorang laboran dan mungkin juga seorang teknisi laboratorium sebagai koordinator laboran.
Asas keselamatan/keamanan pemakai dan alat ialah menempatkan alat sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan mengembalikan alat ketempatnya. Alat yang berat atau yang mengandung zat berbahaya diletakkan di tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak bawah lemari, tidak di rak teratas. Demikian pula dengan alat itu sendiri. Alat tidak boleh ditempatkan di tempat yang dapat menyebabkan alat itu rusak. Alat yang mahal atau yang berbahaya ditempatkan di tempat yang terkunci. Kemudahan menemukan atau mengambil alat sangat penting, karena dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kerja di laboratorium. Alat harus ditempatkan di tempat tertentu, tidak berpindah-pindah, dikelompokkan menurut pengelompokan yang logis. Alat yang tidak mudah dikenali dari penampilannya diberi label yang jelas dan mungkin diletakkan menurut urutan abjad label yang digunakan. Alat sejenis diletakkan di tempat yang sama atau berdekatan.
Untuk memudahkan pengecekkan, penggunaan, pemeliharaan, pengadaan, dan terutama pertanggung-jawaban, semua fasilitas, termasuk alat/bahan yang terdapat di laboratorium harus diadministrasikan. Pengadministrasian adalah pencatatan nama alat/bahan, jumlahnya, ukurannya, mereknya, nomor kode, dan tempat menyimpannya.
Selama bekerja di laboratorium, faktor disiplin sangat perlu diperhatikan. Disiplin yang baik merupakan factor yang penting dalam memelihara keselamatan kerja di laboratorium. Dalam usaha menjaga keselamatan kerja, pencegahan lebih penting daripada pemeliharaan setelah terjadi kecelakaan. Salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan adalah penyusunan tata tertib laboratorium.

Daftar Pustaka

Hadiat, Moedjadi dkk, 1978,  Pengelolaan Laboratorium Sekolah Dan Manual Alat Ilmu Pengetahuan Alam, Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Noran, Lisa dan Tina Mas Ciangioli. 2010, Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia, The National Academies Press, Washington, DC. http://k3l.ui.ac.id/node/27

Rufiati, Etna. 2011. Bagaimana Cara Mengelola Laboratorium. Bandung.

Tim Konsultan Kimia, 2003, Pengelolaan Laboratorium Bandung, FPTK UPI.

Tim Dosen Mata Kuliah Pengelolaan Laboratorium. 2009, Pengelolaan Laboratorium, Jurusan Kimia FMIPA, UNIMED, Medan.

-------------------------, 2000, Perlakuan dan Pembuangan Limbah Kimia dari Pekerjaan Laboratorium Sehari-hari. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Widyanto, Aji, 2009,  Pengelolaan Laboratorium,  Chemistry Education. http://pengelolaan-laboratorium.html